Chapter 03 : Teacher and Fiance (Part 02)
“Hei hei.. Haruto,
ayo kita ke toko itu~”
Di tengah
keramaian kota, Hatsumi menunjuk ke arah sebuah toko pakaian. Haruto yang melihatnya memiringkan
kepalanya dengan heran.
“Apa kamu
menginginkan pakaian baru?”
“Bukan itu! Aku
ingin membelikanmu pakaian baru! Kau hanya punya pakaian dari duniamu.. Lalu
sebagai t-t-tunanganmu, aku ingin kau terlihat keren!!”
(M-Manis
sekali!!!)
Haruto
merasakan kalau dirinya telah jatuh cinta pada sosok Hatsumi dan perilakunya
membuat jantung Haruto berdetak dengan sangat kencang.
Mungkin hal ini
terdengar klise, namun Haruto benar-benar jatuh cinta pada pandangan pertama
kepada Hatsumi.
“A-Aku
mengerti.. Ayo kita pergi.”
Mereka segera
mendatangi toko pakaian tersebut.
“Selamat
datang!”
Seorang gadis
datang menyambut kedatangan mereka. Rambutnya berwarna merah dengan kuncir
ponytail, pupil matanya juga berwarna merah, serta dada yang cukup besar itu
bersembunyi dibalik seragam tokonya yang imut itu.
“Oh, bukankah
ini Hatsumi-chan!? Lama tidak bertemu!”
Gadis itu
menghampiri Hatsumi.
“Ya.. Sudah
lama tidak ketemu, Lisa-chan.”
Hatsumi
membalas perkataan gadis bernama Lisa tersebut.
“Lalu, siapakah
laki-laki tampan ini?”
Lisa
mendekatkan wajahnya pada Haruto. Hatsumi segera merasakan bahaya dan langsung
menjauhkan wajah mereka.
“D-Dia adalah tunanganku!”
“H-He!? Tidak
mungkin.. Laki-laki ini tunanganmu, Hatsumi-chan?”
Lisa
mengalihkan pandangannya kepada Haruto untuk meminta kepastian darinya.
“I-Itu benar.
Aku adalah tunangannya.”
“J-Jadi
begitu..”
Hatsumi
merasakan kemenangannya setelah melihat Lisa yang menggerutu kesal. Dengan
segera, Hatsumi menangkap lengan Haruto lalu memeluknya.
(H-Hatsumi!?)
“Seperti
itulah.. Aku ingin membelikan pakaian baru untuknya.”
“Haah.. Aku
mengerti. Kalau begitu, silakan dilihat-lihat produk kami.”
“Oke..”
Mereka berdua
segera melihat-lihat berbagai jenis pakaian yang dijual di toko itu. Beberapa
menit kemudian, Haruto memutuskan untuk membeli sebuah pakaian.
“Entah mengapa,
warna hitam sangat cocok denganmu, Haruto..”
Hatsumi memuji
Haruto yang cocok memakai pakaian kasual berwarna hitam tersebut.
“T-Terima
kasih..”
“Lisa-chan..
Berapa harga pakaian ini?”
“10 koin
emas.”
“B-Bukankah itu
sangat mahal?”
Haruto terkejut
dengan harga yang diberikan, namun Hatsumi segera memberikan uang tersebut
dalam sebuah kantung kulit kepada Lisa.
(Seperti yang
diharapkan dari seorang putri kerajaan..)
Haruto
memasukkan pakaian yang sebelumnya ia pakai ke dalam sebuah tas kertas.
Setelah
berpamitan dengan Lisa, Mereka keluar dari toko dan melanjutkan kegiatan
mereka.
“Hei, Hatsumi..
Apa itu?”
Haruto bertanya
sambil menunjuk ke salah satu toko yang terlihat sangat ramai.
“Ah, itu toko
yang menjual makanan dari daging monster.”
“D-Daging
monster!? Memangnya itu bisa dimakan?”
“Tentu saja.
Memangnya kamu tidak pernah memakannya selama perjalanannmu?”
“Tidak.. Aku
memang bertemu dengan monster, tapi aku tidak berani memakannya. Aku hanya
memakan kelinci, burung, ikan dan semacamnya.”
“Mau coba
makan?” Tawar Hatsumi.
“Ya.”
Mereka segera
mendekati toko itu, namun mereka harus mengantri terlebih dahulu sebeum
akhirnya datang giliran mereka.
“Oh, bukankah
ini Hatsumi-ojouchan? Kebetulan sekali.. Beberapa hari yang lalu, pasukan
kerajaan mendapatkan beberapa Wyvern di wilayah iblis. Beruntungnya tokoku
berhasil mendapatkan sebagian dagingnya. Bagaimana? Mau mencoba rasanya?”
Mendengar hal
itu, Hatsumi menatap Haruto dengan curiga. Wyvern bukanlah makhluk yang dapat
dikalahkan dengan mudah bahkan untuk pasukan kerajaan sekalipun, setidaknya
butuh 100 prajurit untuk membunuh seekor
Wyvern. Seingat Hatsumi, pasukan yang dikirim untuk memastikan keberadaan
pasukan iblis setelah Haruto kalahkan itu berjumlah 50 orang. Dan jika pasukan
sekecil itu mampu mandapatkan beberapa Wyvern, itu artinya...
(Kau pelakunya,
‘kan.. Haruto?)
Haruto
merasakan bahwa Hatsumi sedang mencurigainya namun ia tidak terlalu ingat telah
mengalahkan Wyvern dalam perjalanannya.
(Tidak! Itu
bukan― Tunggu.. Kalau kupikir lagi, rasanya aku pernah menerbangkan beberapa
burung besar beberapa saat sebelum aku bertemu dengan Hatsumi, mungkinkah itu
sebenarnya adalah Wyvern?)
(….. Sudah kuduga itu adalah kau.)
Hatsumi
menghela napasnya. Berurusan dengan Haruto yang tidak mempunyai akal sehat dari
dunia ini sangatlah merepotkan.
“Berapa
harganya?”
“300 koin
perunggu.”
“Kalau begitu,
tolong dua porsi.”
“Siap!”
Pedagang itu
segera menyiapkan pesanan mereka. Tak lama kemudian, Mereka sudah memegang
seporsi daging Wyvern yang
dipanggang di tangan masing-masing.
“UWAAAHH!! Enak
sekali!!!”
Haruto melahap
daging itu dengan semangat setelah mengetahui rasanya. Setelah mereka
menghabiskan makanannya, mereka kembali berjalan.
“Hei,
Hatsumi..”
“Apa?”
“Apa di dunia
ini terdapat ras lain seperti elf atau werebeast?”
“Tentu saja.”
“Begitu,ya..
Rasanya aku mulai tertarik.”
“!!?”
Kata-kata itu
membuat Hatsumi kaget dan menatap Haruto dengan tajam. Langkah mereka berdua
pun terhenti.
“H-Haruto..
Jangan bilang kalau kau ingin membuat h-harem?”
“Kau tidak
suka?”
“B-Bukan
seperti itu..” Hatsumi menundukkan kepalannya dengan malu, “K-Kalau Haruto
memang mencintai perempuan itu dengan sungguh-sungguh.. Aku tidak keberatan.”
Haruto
tersenyum pernuh arti melihatnya.
“Tenang saja,
Hatsumi.. Kaulah yang akan menjadi istri pertamaku.”
Hatsumi memerah
mendengar hal itu dari Haruto. Dengan malu-malu, ia meraih tangan Haruto.
“Hei, Haruto..
Apa kau memiliki seseorang yang kau sukai di duniamu sana?”
Haruto berpikir
sejenak sebelum menjawab pertanyaan itu.
“.. Ya, aku
punya. Aku sangat mencintainya.”
Haruto
menjawabnya sementara hati Hatsumi merasa sakit mendengarnya.
Ya, Haruto
memiliki seseorang yang ia cintai di dunia asalnya. Perempuan yang ia kenal
sejak SMP, orang yang selalu menemani Haruto dan memiliki hobi yang sama
dengannya. Seseorang yang sangat Haruto cintai, namun..
“Namun dia
sudah meninggal.”
“!!!”
Rasa bersalah
mulai menyerang Hatsumi. Ia segera menundukkan kepala dengan sedih.
“Maaf.. Aku
tidak tahu.”
“Tidak
apa-apa..”
Haruto
tersenyum kecil lalu menggenggam erat tangan Hatsumi. Kaget karena genggaman
itu, Hatsumi segera membalas
genggamannya.
“Bagaimana
kalau kita jalan-jalan lebih lama?”
“Ya.”
Hatsumi
menerima ajakan Haruto kemudian menariknya ke beberapa tempat. Hari itu, mereka
menghabiskan waktu berdua di kota itu.
“Hei, Hatsumi..
Aku ingin menanyakan sesuatau.. Boleh?”
“Ya.. Apa itu?”
“Minggu depan
kau akan kembali bersekolah, ‘kan?”
“Ya..”
“Kalau begitu,
aku akan ikut bersekolah dengamu.”
Haruto
mengatakan hal itu sambil tersenyum bangga sementara Hatsumi hanya bisa terdiam
mendengarnya.
Haruto menjadi
semakin tertarik dengan dunia ini dan ia bersumpah akan menikmati kehidupannya
saat ini.
□□□
Share This :
0 Comments